Sunday 12 June 2011

Akar-akar Marxisme

Pendahuluan

Dalam tulisan kali ini, akan menciba memberikan ulasan singkat terhadap perkembangan sebuah ide yang memiliki pengaruh cukup kuat terhadap kehidupan sosial manusia. Melihat lagi perkemabgan Marxisme menjadi titik pembahasan kita kali ini, sejarah perkemabgana sebuah ide Marxisme yang terjadi di Eropa dimana menjadi asal ide ini dilahirkan dan lantas melihat pengaruhnya ke Indonesia. Mungkin dengan meilihat marxisme dalam sejarah politik Indonesia kita bisa melacak posisi sebuah ide sampai akhirnya melahirkan sebuah Ideologi dalam Partai Politik yang memiliki pengaruh cukup kuat di Indonesia.
Secara singkat mungkin akaan saya bahas dalam terminologis pemikiran Marxisme itu sendiri. Marxisme adalah sebuah ajaran yang dilahirkan atas buah karya pemikirisan seorang Karl Marx, dalam sebuah situasi feudal dan kapitalisme yang mulai bangkit. Ajaran Marx yang terpenting adalah filsafat materialisme nya yang banyak disebut MDH (materialisme dialektika dan histories). Dalam alur filsafat nya Marx melihat adanya sebuah konsentrasi kepemilikan benda yang justru ini mengkrucut menjadi fundamental persoalan dari timbulnya kemiskinan kaum buruh (dimana pada saat itu kaum buruh eropa sangat menderita). Dalam karya nya yang berjudul Das Capital marx berupaya mengejawantahakan sebuah jurang pemisah antara kaum proletar dan birjuis. Dua dikotomi kelas inilah yang menjadi analisisis dasar Marx untuk melihat dan memahami situasi dunia pada saaat itu, ini menjadi sebuah gagsan yang fenomenal di eropa pada saat itu yang juga Marx mengkritik agama ikut andil dalam penistaan kum proletar itu sendiri. kritik Marx terhadap agama memiliki pengaruh cukup kuat dalam tradisi Filsafat Atheisme Modern (namun ini bukan diskusis kita kali ini). Dalam karya berikutnya Manifesto Communist Marx mengajarkan bagaimana cara pengambilalihan kekuasaan kaum proletar, semenjak Marx membangun sebuah mimpi Internationale dengan saat yang bersamaan ajaranya menjadi sebuah “isme” yang banyak diikuti oleh manusia di bumi ini.

Sejarah Marxisme dalam Peradaban Eropa[1]

Karyanya yang palig bersejarah dalam peradaban Eropa adalaha manifest communist diterbitkan di London 1848, karya ini lahir ditenhah-tenganh pergolakan ekonomi eropa. Dimana menjadi imbasa dari revolusi Industri eropa, yang semakin terasa tekanan ekonomi pada kaum buruh yang menjadi proletar. Terlebih pada kondisi di Inggris dimana kondisi buruh perkotaan yang baru saja terbentuk diperparah oleh kondisis yang sangat tertekan. Hal ini diakuibatkan oleh gagal panen pada tahun 1844 dan krisis perdagangan pada tahun1847. inilah sebuah dasawarsa kelaparan tahun empat piluhan “hungry forties” . Gelombang ini menuntut sebuah demokrasi yang semakin besar lagi sehingga kondisi eropa pada waktu itu rakyat mulai memiliki kesadaran untuk menentukan nasibnya sendiri. Manifesto merupakan buah intelektual Marx antara tahun 1843-1845. ulasan tentang kemunculan “pra-Marxis” yang di konfrontsikan dengan teori Hegel, para pengikut Hegel muda Feurbach, dan ekonomi politik Inggris yang sudah sering disampaikan. Periode tersebut bisa dikatakan sebuah fase pendalam refleksinya akan kemampuan jurnalistik nya antara 1842-1843., terutama saat menjabat editor Rheinische Zeitung, sebuah surat kabar liberal yang didanai oleh kapitalis. Surat kabar it uterus menerus berselisish dengan pemerintah Prusia sehingga ditutup pada tahun 1943. dalam kesimpulan pertama Marx, bahwa kebebasan tidak dapat diwujudkan dalam kerangka Negara, sebagai mana pandangan-pandangan yang diutarakan oleh Hegel “semacam pandangan setengah resmi” dalam memandang negara Prusia. Marx menolak negara modern yang di intrepetasikan dalam bentuk negara Prusia – dibangun dalam prinsip yang rasional untuk mendorong kebebasan manusia. Kritik Marx dalam, Critique of Hegel’s Philosophy of Right pada tahun , karya ini memperlihatkan upaya konsep Hegel tentang negara dan realitas yang hendak dijustifikasi konsep ini tidak mampu menegaskan kepentingan umum masyarakat. Negara sanggup mempertemukan berbagai kepentingan, dan justru memeberikan bentuk Universal pada sebuah sistem birokarsi yang tersembunyi. Dan justru birokrasi itu sendiri menjadi sekumpulan orang (kelompok) yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat umum.
Kesimpulan kedua diperoleh oleh Marx dari pengalaman jurnalistiknya, bahwa kebebasan tidak dapat diraih melalui argumentasi yang masuk akal oleh penguasa. Undang-undang yang disahkan pada pemerintahan Rheinish di tahun 1842, Yang menentukan bahwa pengambilan kayu dari tanah milik pribadi adalah sebuah kejahatan, dan merupakan penyensoran surat kabar yang dilakukan oleh penguasa Prusia merupakan pelajaran politik baginya. Kepentingan pribadi, bukan pertimbangan akal sehat, adalah prinsip yang saling mengatur. Dunia bukanlah dunia besar yang saling berargumen. Walaupun demikian, pengalaman nya ini menjadikan dia orang yang sangat sinis namun realistis. Samapai pada tahun 1843-1844 jawaban untuk kebuntuan ini tetap Komunisme Proletarian. [2]

Dalam periode 1843-1845, Marx sampailah pada kesimpulan umum yang ketiga. Kesimpulan ini berasal dari pendapatnya bahwa kepentingan, bukan moralitas, adalah kekuatan pendorong akan politik. Kesimpulan itu merupakan lompatan konseptual dalam memahami hubungan dan penghetauan antara dunia yang realistis. Ide tidak dapat terpisah didalam dunia, sebagaimana yang dipaparkan oleh Hegel dan para pengikutnya – adalah ide itu sendiri lahir dari sebuah penghidupan yang material oleh manusia. Dalam dunia nyata ini pemikiran dan perbuatan fisik terpisah. Ide dan kegiatan manusia terarah pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan material yang saling mengubah terus menerus. Marx menyebutkan bahwa Komunisme berkembang dari proses penghidupan manusia yang material kelas buruh. Kelas buruh tidak hanya memiliki kepentingan terhadap komunisme buah akibat dari dehumanisasi oelh kapitalisme, tetapi kelas itu juga memliki kapasitas untuk membentuk masyarakat baru. Dalam “The Germany Ideology” , Marx dan Engels berupaya memperlihatkan bahwat kepentingan-kepentingan dan kontradiksinya dibentuk oleh kelas melalui proses produksi Material, khususnya pembagian kerja. Drongan utama kritik Marx dan Engels terhadap bentuk sosialisme lainnya juga tetap berangkat dari analitis materialis, “sosialisme feudal” dan “sosialisme borjuis” ini semua hanya sebuah pembusukan dari kaum aristorlrat itu sendiri. yang tidak memiliki sebuah tujuan Sosialisme Sejati, sebagai mana yang telah panjang diuraikan oleh Marx dan Engels sebelumnya.
Karya-karya yang dihasilkan oleh Marx dalam sebuah pengejawantahannya dapat di praktekan dalam sebuah revolusi Rusia 1917. revolusi ini lahir dalam sebuah perlawanan terhadap Tsar yang menjalankan pemerintahannya dengan cara otoriter. Lenin sebagai tokoh revolusioner Rusia pemikirannya sangat dipengaruhi oleh Marisme, dengan Partai Komunis Rusia lah revolusi Bolsyewik terjadi. Pengaruh Revolusi 1917 sangat besar pengaruhya terhadap kehidupan sosial di Eropa, karena kebangkitan kaum Internationale yang pernah dirangkai oleh Marx kembali menemukan roh nya yang hilang. Ini sepotong sejarah yang tercatat oleh kaum Marxis di dunia. Selain momentum sejarah yang pernah ada pada tahun 1917 itu, ternyata di eropa barat sendiri terjadi banyak pergolakan pemikiran pada masa yang sama. Munculnya perdebatan revisionis dari kaum marxis sendiri dalam rangka melakukan revitalisasi akan ajaran Marxisme itu sendiri. mulai lah lahir seorang pemikir seperti Rosa Luxemburg, dimana dalam karya nya Social Reform or Revolution, dalam ajarannya Rosa tetap yakin bahwa sebuah perubahan dapat terjadi dari kepentingan rakyat dengan cara parlemen. Namun yang menjadi perdebatan krusial adalah bagaimana cara mengusai parlemen untuk kepentingan politik. Rosa yakin dengan membangun basis kekuatan disetiap sektor rakyat maka dukungan itu akan terakumulasi, di representasikan dalam kebijakan negara. Pemikiran Marxisme ortodoks sampai pada kamu revisionisnya, samapai hari ini matermanifes dalam kehidupan sosial politik di mayarakat eropa. Dalam sebuah kasusu missal nya SPD (Partai Sosial Demokrat) di Jerman, yang mengalami traumatic sejarah pada masa Hitler namun  tetap berjuang dengan Nilai marxisme sampai hari ini. Partai ini memiliki pengarun cukup kuat dalam kehidupan bernegara di Jerman, dengan menerapkan sebuah sistem Sosial Demokrat. Walaupun Marxisme banyak terjadi revisi disana sisni, akan tetapi itulah perkembangn sebuah Jaman yang semakin kompleks dan multicultural. Dampak nya walaupun mereka adalah sebuah bangsa yang berkembang dalam peradaban kapital namun dengan adanya ide besar yang dilahirkan Marx tetap menjaga nilai HUmanis dalam sudut pandang tertentu. Jadi ajaran Marxisme sampai hari ini masih sangat relefan untuk di didiskusikan dengan beberapa catatan terjadi revisi paradigma Marxisme itu sendiri.



Akar Marxisme di Indonesia

lahirnya kelompok kiri yang selalu diasosisiasikan dengan ajaran marxisme ternyata meiliki akar sejarah yang cukup kuat di Indonesia. Namun sebelum jauh kita melangkah perlu kiranya kita memposisikan sebuah kekuatan politik di Indoneisa dalam blok Marxisme, ada beberapa partai atau kelompok yang memiliki basis pemikiran ini yaitu; PKI (Partai Komunis Indonesia), PSI (Partai Sosialis Indonesia), Murba, Kaum Marhaenis. Ini kekuatan politik yang selalu diasosiasikan “kiri”. Ejarah masuk nya pemikiran “kiri” ke Indonesia tidak terlepas dari pengaruh ISDV (Indische Social-Democratisch Vereeneging) Himpunan Sosial-Demokrat Hindia yang didirikan pada tahun 1912 di Semarang dengan tokoh Sneevielt dan Ir. J Barss. Mereka lah dalam pertama kali nya membangunsebuah perjuangan politik dengan transformasi nilai-nilai Marxime. Dalam waktu yang tidak begitu lama ISDV mampu menarik perhatian kaum muda yang progresif di Indonesia, seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka dan beberpaa lainnya. Meskipun mereka sebagian adalah anggota dari Sarikat Islam, setelah itu mereka membelah diri dalam SI menjadi SI-Merah yang berdiri di Semarang. Yang pada perkembangan nya organisasi ini menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).[3]

Seperti Partai Komunis yang ada di dunia ini, mereka terinspirasi oleh keberhasilan revolusi Rusia 1917 yang dilakukan oleh Lenin. Pengaruh itu cukup kuat dalam aksus PKI, dimana pada waktu itu pemimpin memiliki kesepakatan untuk melakukan Revolusi oktober 1926. namun dalam pandang lain Tan Malaka menjadi orang yang bersikap oposisi terhadap kebijakan PKI, yang dibantah dalam perjanjian perambanan. Bagi Tan Malaka yang pada waktu itu memiliki posisi yang strategis dalam struktur comitern yang menjadi delegasi untuk Asia Timur, cukum memiliki alasan untuk menolak revolusi ini. Bagi Tan Malaka PKI pada waktu itu hanya bersikap Avonturir, atau sok  revolusioner saja dengan terbawa cita-cita komunisme. Hal yang perlu dicatat dari pemikiran Tan Malaka adalah bahwa dia percaya bahwa perjuangan untuk melawan kapitalisme Pan-Islamic perlu diikut sertakan dalam perjuangan ini. Ternyata ramalan Tan Malaka menemui kebenaran nya setelah ggal nya Revolusi Oktober dan berakhir dalam penjara Bouven Digul.[4]

Pengaruh sosialisme yang lain masuk melalui perhimpunan Indonesia di Belanda., yang dikenal sebagai gerakan radikal para pelajar Indonesia di Belanda. Hatta disitu lahir menjadi seorang pemimpin dalam gerakan radikal, setelah dia ikut dalam konfrensi Liga anti Fasis di Belgia. Seorang lain nya Sjahrir pulang ke Indonesia dan mulai brgabung dengan PNI Golongan Merdeka setelah PNI terancam bubar pasca penangkapan Soekarno di tahun 1929. dibawah kepemimpinan Syahrir dan Hatta  PNI menjadi Pendidikan Nasional dan berubah menjadi PNI Pendidikan. Kedua tokoh ini mulai memperkenalkan cita-cita yang mirip dengan ajaran Sosial-Demokrat, dengan menekannkan bahwa perlunya kader yang akan terus melakukan perjuangan untuk masa depan. Gagsan sosilaisme yang orisinil dating dari ajaran Marhaenisme, yang dilahirkan oleh Soekarno. Dalam pandangan Soekarno yang menjadi korban dari kapitalisme bukan saja kaum buruh melainkan juga para petani. Melalui sistem kolonialisme, rakyat diperas habis-habisan oleh kaum kapitalis. Sekalipun mereka tetap meiliki alat produksi namun tetap saja proses pemiskinan tetap berjalan. Dalam persepsi Soekarno kaum buruh lah yang paling tertindas, maka dari itu memang kaum buruh yang memimpin perjuangan ini.

Kesimpulan

Dengan mulai menelusuri sebuah akar pemikiran Marxisme di eropa, samapai pada pengaruhnya di Indonesia kita mulai bisa memahami sejarah dari ajaran Marxisme, antara perkembangan nya di eropa dan Indonesia. Dengan melihat adanaya pergolakan pemikiran dengan semangat pecerahan, Marxisme lahir sebagai sebuah gagasan yang kontradiksi dengan sebuah situasi yang mengenaskan. Dan setelah itu pemikiran ini mengalami revisi besar-besaran untuk tetap mempertahankan nilai-nilai yang telah di ajarkan. Percepatan dari revisionis juga mengalami proses ekternal akibat berkecamuk nya PD I. disini kita bisa melihat bahwa sejarah Maisme ini sangat kuat dalam masyarakat eropa. Samapai hari ini ternyata pemikiran ini tidak serta merta hilang dimakan zaman, justru memiliki sebuah versi yang kontemporer.

Dengan situasi Indonesia, ternyata perkembangan marxisme juga tidak pernah lepas dari pengaruh barat. Sejarah mencatat bahwa pengaruh akan sebuah ide “kiri” pertama dibawa oleh ISDV dari belanda. Ini adalah sebuah bukti pengaruh pemikiran politik Indonesia juga tidak lepas dari sebuah pergolakan barat. Soekarno sekalipun yang tidak merasakan perdebatan di eropa, namun dia sangat terilhami oleh pemikiran Tan Malaka dimana tan malaka sebenarnya juga sangat terpengaruh oleh pemikiran barat.

Sebagai kesimpulan akhir, sangat sulit untuk memisahkan perkemabangan akan sejarah Marxisme dan penganruh Marxisme di Indonesia. Akhirnya saya memandang dalam konteks Marxisme memiliki sebuah benang merah terhadap perjuangan rakyat, dimana rakyat dlam sebuah situasi negara (kapital-kolonial) rakyat sanngat tertindas. Dengan itu Marxisme memang menawarkan sebuah radikalisasi dimana dalam sebuah situasi yang menindas.





Daftar Pustaka

Pooze, Harry, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Sjahrir, Sutan, Sosialisme Indonesia. Jakarta: LEPPENAS, 1982.

Townshend, Jules, Politik Marxisme. Yogyakarta: Jendela, 2003.

Yuditomo, Imam, Quo Vadis Golongan Kiri Indonesia?. Yogyakarta: CSDS, 2004.


[1] Jules Townshend, Politik Marxisme. Yogyakarta: Jendela, 2003. hal 3-8
[2] Sutan Sjahrir, Sosialisme Indonesia. Hal 42-45
[3] Harry A. Pooze, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia. Hal. 149
[4] Imam Yuditomo, Quo Vadis Golongan Kiri Indonesia? . hal  16-18

No comments:

Post a Comment